WWF  (World Wide Fund For Nature ) dan International Rhino Foundation (IRF)  menambah 120 kamera video otomatis untuk pengamatan dan pelestarian  Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus sondaicus) di Taman Nasional Ujung  Kulon, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
 Dyah Ekarini, Communication Officer  for Sumatra Program WWF-Indonesia, mengatakan Direktur IRF, Susie  Ellis, mengatakan penambahan 120 kamera video otomatis ini akan  melengkapi kamera video otomatis yang dimiliki dan dioperasikan Balai  Taman Nasional Ujung Kulon tersebut.
Kebutuhan tambahan ini diketahui  setelah Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon, mempresentasikan hasil  identifikasi keberadaan Badak Jawa bercula satu ini, menggunakan kamera  video otomatis oleh tim Rhino Observation  Activity and Management  (ROAM) Taman Nasional Ujung Kulon selama 2011. “Disampaikan dalam  pertemuan IUCN AsRSG (Asian Rhino Specialist Group) di Cisarua tanggal 9  – 13 Maret 2012 yang lalu.”ucapnya
Menurut Direktur IRF,  WWF bekerja sama Balai Taman Nasional Ujung Kulon untuk melakukan pengamatan populasi Badak Jawa
bercula satu  di Ujung Kulon tersebut, menggunakan kamera sejak dekade 1990-an.
Pada saat itu, penggunaan kamera  mengidentifikasi satwa liar, yakni terhadap Badak Jawa yang hampir punah  merupakan hewan warisan dunia yang masih terlihat hanya terdapat di  Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Selain itu, kamera  video otomatis ini merupakan pertama kalinya di Indonesia.
Sejak tahun 2008, peran kamera foto  digantikan video. Pada tahun 2011, Balai Taman Nasional Ujung Kulon  secara resmi menggunakan kamera video otomatis sebagai alat menghitung  populasi Badak Jawa. “Dan, berhasil mengidentifikasi 35 individu Badak  Jawa yang terdiri dari 22 individu jantan dan 13 individu  betina.”ujarnya
Setelah Badak Jawa di Vietnam dinyatakan punah pada 2011, populasi di Ujung Kulon menjadi benteng terakhir Badak Jawa di dunia.
“Penambahan kamera video otomatis  ini diharapkan menjadi langkah penting memastikan kelangsungan hidup dan   keberadaan badak jawa tersebut,” kata Susie.
Hal senada disampaikan Adhi  Hariyadi, Kordinator Program Konservasi Badak WWF-Indonesia.”Bahwa  penambahan kamera video otomatis ini akan menambah akurasi basis  informasi Badak Jawa di Ujung Kulon” katanya.
Dipadu monitoring berdasarkan DNA,  rekaman video ini akan memberikan gambaran lebih utuh populasi badak  jawa. “Bahkan, perilaku badak pun dapat diteliti secara mendalam melalui  rekaman video tersebut,” ujar Hariyadi, menambahkan.
Selain itu, Moh. Haryono, Kepala  Balai Taman Nasional Ujung Kulon menambahkan,  jumlah total 160-an  kamera video otomatis yang dipasang serentak, tidak hanya informasi  Badak Jawa yang akan diperoleh. Tapi juga informasi tentang satwa lain.  Bahkan, video tersebut dengan sendirinya akan menjadi alat monitoring  aktivitas manusia di dalam habitat badak di Ujung Kulon.
Keseluruhan itu akan menjadi modal penting bagi Balai Taman Nasional Ujung Kulon untuk meningkatkan populasi Badak Jawa di
Ujung Kulon sejalan dengan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Badak Indonesia,” kata Haryono

