Dalam postingan sebelumnya, saya penah membahas tentang sejarah karate. Secara singkat, karate merupakan seni beladiri yang sudah dikenal sejak dulu. Pada saat awal kemunculannya, seni beladiri ini digunakan untuk mempertahankan diri dari gangguan binatang buas dan alam sekitar. Kemudian seiring dengan perkembangan dan meningkatnya pertumbuhan penduduk muncullah keinginan orang untuk menekuni ilmu bela diri ini.
Dalam olahraga karate terdapat beberapa jenis gaya. Gaya-gaya tersebut merupakan gaya karate yang utama. Selain itu, gaya-gaya tersebut merupakan ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran karate. Jenis gaya karate tersebut, yaitu Shotokan Wado-ryu, Shito-ryu, Goju-ryu, dan Kyokushin.
A. Shotokan
Shotokan terdiri dari 2 kata, yaitu shoto dan kan. Shoto merupakan sebuah nama pemilik Gichin Furakoshi. Sedangkan kan berarti gedung atau bangunan. Jadi, Shotokan merupakan perguruan Funakoshi. Sebagai pelopornya adalah Gichin Funakoshi.
Selain itu, aliran Shotokan adalah akumulasi dan juga standarisasi dari beberapa perguruan Karate yang ada di Okinawa. Dalam hal ini, gerakan tersebut pernah dipelajari oleh Gichin Funakoshi. Dalam Shotokan digunakan gerakan kuda-kuda yang rendah. Selain itu, disertai pula dengan pukulan dan tangkisan yang keras.
Aliran Shotokan ini berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu. Dalam hal ini, suatu gerakan yang dilakukan dapat melumpuhkan lawannya. Karateka dapat langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawannya. Dalam aliran Shotokan terdapat kankudai dan jion.
B. Wado Ryu
Wado-ryu merupakan aliran karate yang unik. Aliran ini berakar pada seni bela diri Shindo yoshin-ryu jujutsu. Seni beladiri Jepang ini memiliki teknik yaitu kuncian persendian dan lemparan. Dalam wado-ryu diajarkan teknik karate serta teknik kuncian persendian dan lemparan atau bantingan Jujutsu. Juga dikenal Seishan dan Chinto.
Ketika dalam pertarungan, ahli Wado-ryou menggunakan prinsip jujutsu dengan tidak banyak mengeluarkan tenaga. Namun gerakan lebih banyak menggunakan tangkisan dan bukan tangkisan yang keras. Juga kadang-kadang menggerakan bantingan dan sapuan kaki yang bertujuan untuk menjatuhkan lawan.
C. Shito Ryu
Aliran Shito-ryu ini lebih terkenal dengan keahliannya dalam bermain KATA. Hal ini terbukti dengan banyaknya KATA yang diajarkan. Dalam aliran Shito-ryu terdapat 30 sampai 40 kata yang mana jumlah ini lebih banyak dari aliran-aliran yang lain. Juga dikenal Seienchin dan Bassaidai.
Pada saat pertarungan, dapat melakukan gerakan seperti pada aliran Shotokan. Selain itu, dapat pula melakukan gerakan dengan jarak rapat seperti yang dilakukan pada aliran Goju.
D. Goju-ryu
Goju-ryu merupakan aliran yang berbeda dengan aliran lainnya. Goju artinya keras dan lembut. Jadi dalam aliran ini memadukan antara teknik gerak yang keras dan teknik gerak yang lembut. Dalam pertarungan karateka dituntut untuk bisa menerima pukulan dan membalas pukulan lawan. Pada aliran Goju-ryu, latihannya lebih ditekankan pada Sanchin atau pernapasan dasar. Hal ini dilakukan ketika lawan menyerang, karateka dapat memberikan pukulan yang lebih bagus. Selain itu, karateka tidak terluka ketika menerima pukulan.
Gerakan pada Goju-ryu ini menggunakan tangkisan yang bersifat melingkar, disamping itu, pertarungan dilakukan dalam jarak dekat. Dalam Goju-ryu dikenal Saifa dan Seipai.
E. Kyokushin
Aliran Kyokushin merupakan aliran yang tidak termasuk dalam empat besar gerakan karate di Jepang. Dengan kata lain, aliran ini tidak termasuk dalam Japan karate-do Federation. Meskipun demikian, aliran ini sangat terkenal didalam dan diluar Jepang. Selain itu, aliran ini berjasa dalam mempopulerkan karate di seluruh dunia. Ini terjadi sekitar tahun 1970-an.
Kyokushin artinya kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut sistem Budo karate. Budo karate merupakan seni beladiri dari karate yang melatih jiwa dan semangat keprajuritan. Dalam hal ini, karateka dituntut berani melakukan gerakan full body contact komite. Pada saat melakukannya tidak menggunakan alat pelindung apapun.
Pada aliran Kyokushin diterapkan hyakurin kumite atau komite 100 orang. Para karateka tersebut diuji dengan melakukan 100 komite. Ini dilakukan secara berturut-turut dan tanpa kalah.
Dalam karate terdapat falsafah yang merupakan pandangan dalam berkarate. Falsafah karate tersebut adalah sebagai berikut;
1. Rakka
Rakka diartikan sebagai bunga yang berguguran. Rakka merupakan konsep dalam bela diri berupa pertahanan dalam karate. Pada setiap teknik pertahanan yang dilakukan, diperlukan tenaga yang kuat. Gerakan yang dilakukan juga harus mantap. Apabila pertahanan ini kuat, teknik karate dapat dilakukan walaupun hanya satu teknik saja dalam membela diri. Misalnya, ketika ada yang menyerang dari arah depan kita dapat menggunakan teknik menangkis atas. Apabila tangkisan ini kuat, tidak perlu melakukan serangan susulan. Selain itu, kita juga dapat mematahkan tangan si penyerang.
2. Mizu No Kokoro
Mizu No Kokoro diartikan dengan minda itu seperti air. Ketika dalam beladiri, minda atau pikiran harus dijaga dan dilatih agar tenang. Dengan ini akan memudahkan ketika sedang melakukan gerakan menangkis ataupun mengelak serangan. Akhirnya, tujuan beladiri dapat tercapai. Apabila pikiran tenang, setiap gerakan karate dapat dilakukan dengan baik.
Dalam olahraga karate terdapat beberapa jenis gaya. Gaya-gaya tersebut merupakan gaya karate yang utama. Selain itu, gaya-gaya tersebut merupakan ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran karate. Jenis gaya karate tersebut, yaitu Shotokan Wado-ryu, Shito-ryu, Goju-ryu, dan Kyokushin.
A. Shotokan
Shotokan terdiri dari 2 kata, yaitu shoto dan kan. Shoto merupakan sebuah nama pemilik Gichin Furakoshi. Sedangkan kan berarti gedung atau bangunan. Jadi, Shotokan merupakan perguruan Funakoshi. Sebagai pelopornya adalah Gichin Funakoshi.
Selain itu, aliran Shotokan adalah akumulasi dan juga standarisasi dari beberapa perguruan Karate yang ada di Okinawa. Dalam hal ini, gerakan tersebut pernah dipelajari oleh Gichin Funakoshi. Dalam Shotokan digunakan gerakan kuda-kuda yang rendah. Selain itu, disertai pula dengan pukulan dan tangkisan yang keras.
Aliran Shotokan ini berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu. Dalam hal ini, suatu gerakan yang dilakukan dapat melumpuhkan lawannya. Karateka dapat langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawannya. Dalam aliran Shotokan terdapat kankudai dan jion.
B. Wado Ryu
Wado-ryu merupakan aliran karate yang unik. Aliran ini berakar pada seni bela diri Shindo yoshin-ryu jujutsu. Seni beladiri Jepang ini memiliki teknik yaitu kuncian persendian dan lemparan. Dalam wado-ryu diajarkan teknik karate serta teknik kuncian persendian dan lemparan atau bantingan Jujutsu. Juga dikenal Seishan dan Chinto.
Ketika dalam pertarungan, ahli Wado-ryou menggunakan prinsip jujutsu dengan tidak banyak mengeluarkan tenaga. Namun gerakan lebih banyak menggunakan tangkisan dan bukan tangkisan yang keras. Juga kadang-kadang menggerakan bantingan dan sapuan kaki yang bertujuan untuk menjatuhkan lawan.
C. Shito Ryu
Aliran Shito-ryu ini lebih terkenal dengan keahliannya dalam bermain KATA. Hal ini terbukti dengan banyaknya KATA yang diajarkan. Dalam aliran Shito-ryu terdapat 30 sampai 40 kata yang mana jumlah ini lebih banyak dari aliran-aliran yang lain. Juga dikenal Seienchin dan Bassaidai.
Pada saat pertarungan, dapat melakukan gerakan seperti pada aliran Shotokan. Selain itu, dapat pula melakukan gerakan dengan jarak rapat seperti yang dilakukan pada aliran Goju.
D. Goju-ryu
Goju-ryu merupakan aliran yang berbeda dengan aliran lainnya. Goju artinya keras dan lembut. Jadi dalam aliran ini memadukan antara teknik gerak yang keras dan teknik gerak yang lembut. Dalam pertarungan karateka dituntut untuk bisa menerima pukulan dan membalas pukulan lawan. Pada aliran Goju-ryu, latihannya lebih ditekankan pada Sanchin atau pernapasan dasar. Hal ini dilakukan ketika lawan menyerang, karateka dapat memberikan pukulan yang lebih bagus. Selain itu, karateka tidak terluka ketika menerima pukulan.
Gerakan pada Goju-ryu ini menggunakan tangkisan yang bersifat melingkar, disamping itu, pertarungan dilakukan dalam jarak dekat. Dalam Goju-ryu dikenal Saifa dan Seipai.
E. Kyokushin
Aliran Kyokushin merupakan aliran yang tidak termasuk dalam empat besar gerakan karate di Jepang. Dengan kata lain, aliran ini tidak termasuk dalam Japan karate-do Federation. Meskipun demikian, aliran ini sangat terkenal didalam dan diluar Jepang. Selain itu, aliran ini berjasa dalam mempopulerkan karate di seluruh dunia. Ini terjadi sekitar tahun 1970-an.
Kyokushin artinya kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut sistem Budo karate. Budo karate merupakan seni beladiri dari karate yang melatih jiwa dan semangat keprajuritan. Dalam hal ini, karateka dituntut berani melakukan gerakan full body contact komite. Pada saat melakukannya tidak menggunakan alat pelindung apapun.
Pada aliran Kyokushin diterapkan hyakurin kumite atau komite 100 orang. Para karateka tersebut diuji dengan melakukan 100 komite. Ini dilakukan secara berturut-turut dan tanpa kalah.
Dalam karate terdapat falsafah yang merupakan pandangan dalam berkarate. Falsafah karate tersebut adalah sebagai berikut;
1. Rakka
Rakka diartikan sebagai bunga yang berguguran. Rakka merupakan konsep dalam bela diri berupa pertahanan dalam karate. Pada setiap teknik pertahanan yang dilakukan, diperlukan tenaga yang kuat. Gerakan yang dilakukan juga harus mantap. Apabila pertahanan ini kuat, teknik karate dapat dilakukan walaupun hanya satu teknik saja dalam membela diri. Misalnya, ketika ada yang menyerang dari arah depan kita dapat menggunakan teknik menangkis atas. Apabila tangkisan ini kuat, tidak perlu melakukan serangan susulan. Selain itu, kita juga dapat mematahkan tangan si penyerang.
2. Mizu No Kokoro
Mizu No Kokoro diartikan dengan minda itu seperti air. Ketika dalam beladiri, minda atau pikiran harus dijaga dan dilatih agar tenang. Dengan ini akan memudahkan ketika sedang melakukan gerakan menangkis ataupun mengelak serangan. Akhirnya, tujuan beladiri dapat tercapai. Apabila pikiran tenang, setiap gerakan karate dapat dilakukan dengan baik.