DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI TERHADAP BUDAYA



Oleh : Admin

1.      Pendahuluan
Perkembangan teknologi tidak bisa dihindari dalam kehidupan ini, setiap inovasi diciptakan  untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Teknologi juga memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktivitas manusia. Manusia juga sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi teknologi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini. Terobosan teknologi di bidang mikro elektronika, bio teknologi, telekomunikasi, komputer, internet, dan robotik telah mengubah secara mendasar cara-cara manusia mengembangkan dan mentransformasikan teknologi ke dalam sektor produksi yang menghasilkan barang dan jasa dengan teknologi tinggi.[1]
Perkembangan dunia teknologi yang demikian cepat dewasa ini memang telah membawa perubahan yang luar biasa bagi budaya umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Demikian juga ditemukannya formulasi-formulasi baru kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu serta jarak yang jauh menjadi dekat dalam segala aktivitas manusia.  Kemajuan teknologi saat ini benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. [2]
Perkembangan teknologi yang cepat juga akan seiring dengan kemajuan budaya dan peradaban manusia. Begitupun sebaliknya semakin maju kebudayaan maka semakin berkembang teknologi, karena teknologi merupakan perkembangan dari kebudayaan yang maju[3]. Teknologi yang berkembang dengan pesat, meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Masa sekarang nampaknya sulit memisahkan kehidupan manusia dengan teknologi, bahkan sudah menjadi kebutuhan manusia. Teknologi merupakan hasil olah pikir manusia yang pada akhirnya digunakan manusia untuk mewujudkan berbagai tujuan hidupnya dan teknologi menjadi sebuah instrumen untuk mencapai tujuan.
Manusia menggunakan konsep teknologi baru untuk menunjuk pada timbulnya suatu teknologi yang membawa dampak penting pada kehidupan sosial. Bagi orang- orang dahulu, teknologi baru dimulai dengan kehadiran pencetakan, sedangkan pada masa sekarang, teknologi menunjuk pada komputer, satelit,  pesawat  atau  teknologi  komunikasi yang lain. Suatu hal yang perlu mendapat perhatian khusus adalah bahwa setiap perkembangan teknologi selalu menjanjikan kemudahan, efisiensi, serta peningkatan produktifitas. Walaupun pada sisi lain, teknologi juga dimaknai sebagai alat yang memperlebar perbedaan kelas dalam masyarakat. Teknologi menjadi simbol status bagi kaya dan miskin, siapa yang mampu menguasai teknologi, maka akan mampu menguasai manusia yang lain.
Budaya yang memiliki beberapa unsur, seperti sistem bahasa, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem ekonomi dan mata pencaharian, sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial, sistem ilmi pengetahuan, sistem kesenian, dan sistem kepercayaan. Dengan teknologi tentunya bisa menyebabkan terjadi proses perubahan sosial dan kebudayaan seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan-penemuan baru, pertentangan masyarakat, pemberontakan dan reformasi dalam proses moderenisasi teknologi. Modernisasi mencakup proses sosial budaya yang ruang lingkupnya sangat luas sehingga batas-batasnya tidak bisa ditetapkan secara mutlak[4].
Salah satu perkembangan teknologi adalah perkembangan teknologi informasi komunikasi, dimana perkembangan tersebut ketika ini telah menghantarkan penyebaran arus perubahan ke segenap penjuru dunia. Penyebarannya berlangsung secara  cepat dan meluas, tak terbatas pada negara-negara maju dengan pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi juga melintasi batas negara-negara berkembang dan miskin dengan pertumbuhan ekonomi rendah. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dengan derasnya arus globalisasi merupakan dua proses  yang saling  terkait  satu  sama  lain.  Keduanya  saling  mendukung. Tak ada globalisasi tanpa kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dan perkembangan teknologi komunikasi juga berjalan lambat jika masyarakat tidak berpikir secara global.
Globalisasi menjadi sebuah fenomena yang tidak terelakkan.[5] Globalisasi telah membawa nilai-nilai global terutama dari negara-negara pencetus teknologi baru.  Negara maju dapat dengan mudah melakukan itu karena mereka menguasai arus teknologi informasi dan komunikasi yang melintasi batas negara. Sebaliknya,  pada  saat  yang  sama, negara-negara berkembang tak mampu menyebarkan nilai-nilai lokalnya karena daya kompetitifnya yang rendah.
Fenomena ini memang sudah banyak dikaji, namun demikian tetap menarik untuk terus menjadi kajian tersendiri dalam kaitannya dengan perubahan budaya dalam masyarakat seiring berkembangnya teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Karena dengan menggunakan media ini banyak hal yang dapat kita lakukan dan lebih banyak sumber ilmu pengetahuan yang dapat kita akses. Selanjutnya memunculkan permasalahan bagaimana dampak dan pengaruh teknologi terhadap pergeseran nilai-nilai budaya dalam batasan dalam lingkupan teknologi informasi dan komunikasi.
Walaupun dalam perspektif lain terlihat penjajahan budaya dalam bentuk baru telah terjadi ketika ketidaksesuaian hubungan dalam budaya dan media di negara-negara di dunia, terutama antara negara-negara di dunia ketiga dengan negara-negara Barat. Secara makro, terbukanya peluang di negara-negara ketiga untuk masuknya investasi barat dan penguasaan media telah menghantarkan budaya liberalisme kepada budaya negara ketiga[6].



2.      Studi Pustaka  
  1. Teknologi
Teknologi dalam bahasa latin “texere” yang berarti to weave (menenun) atau to construct (membangun). Dalam bahasa Yunani, teknologi disebut tecnologia yang berarti pembahasan sistematik mengenai seluruh seni dan kerajinan. Istilah tersebut memiliki akar kata techne dalam bahasa Yunani kuno berarti seni (art), atau kerajinan (craft). Dari makna harfiah tersebut, teknologi dalam bahasa Yunani kuno dapat didefinisikan sebagai seni memproduksi alat-alat produksi dan menggunakannya[7]. Teknologi dapat pula dimaknai sebagai pengetahuan mengenai bagaimana membuat sesuatu (know-how of making things) atau bagaimana melakukan sesuatu (know-how of doing things), dalam arti kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan nilai yang tinggi, baik nilai manfaat maupun nilai jualnya.[8]
Dalam konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah dikatakan bahwa pengetahuan (body of knowledge), dan teknologi sebagai suatu seni (state of art) yang mengandung pengertian berhubungan dengan proses produksi; menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja, dan keterampilan dikombinasikan untuk merealisasikan tujuan produksi. Secara konvensional mencakup penguasaan dunia fisik dan biologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi sosial, terutama teknologi sosial pembangunan sehingga teknologi itu adalah metode sistematis   untuk   mencapai   setiap tujuan Insani”.[9]
Teknologi diciptakan manusia melalui penerapan (exercise) budidaya akalnya.  Manusia  harus mendayakan  akal pikirannya  dalam reka teknologi berdasarkan ratio (nalar) dan kemudian meyasanya menjadi suatu produk yang kongkrit. Teknologi  selalu  disandingkan  dengan istilah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan merupakan  usaha manusia untuk memahami  gejala dan fakta alam, dan melestarikan pengetahuan tersebut secara konseptional dan sistematis.
Secara sosiologis, teknologi memiliki makna yang lebih mendalam daripada peralatan.  Teknologi  menetapkan  suatu  kerangka bagi kebudayaan non material suatu kelompok. Jika teknologi suatu kelompok mengalami  perubahan,  maka  cara  berpikir  manusia juga akan mengalami perubahan. Hal ini juga berdampak pada cara mereka berhubungan dengan yang lain. Namun bagi pahaman Marx, teknologi merupakan alat, dalam pandangan materialisme historis hanya menunjuk pada sejumlah alat yang dapat dipakai manusia untuk mencapai kesejahteraannya.[10]
Teknologi memperlihatkan fenomenanya dalam masyarakat sebagai hal impersonal dan memiliki otonomi mengubah setiap bidang kehidupan manusia menjadi lingkup teknis seperti ciri-ciri rasionalitas, artifisialitas, otomatisme, teknik berkembang pada suatu kebudayaan, monisme, universalisme, dan otonomi.[11]  Tentunya teknologi tidak hanya terbatas kepada penggunaan mesin - mesin, meskipun dalam pengertian sempit teknologi seringkali dikaitkan dengan mesin dalam bahasa sehari- hari. Technology is a design for instrumental action that reduces the  uncertainly in  the  course-effect relationships invalved in achieving a desired outcome. [12]

  1. Teknologi Informasi dan Komunikasi
Teknologi Informasi menekankan pada pelaksanaan dan pemprosesan data seperti menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mengambil, memanipulasi atau menampilkan data dengan menggunakan perangkat-perangkat teknologi elektronik terutama komputer. Makna teknologi informasi tersebut belum menggambarkan secara langsung kaitannya dengan sistem komunikasi, namum lebih pada pengolahan data dan informasi. Namun setelah aspek hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak) dalam rangkaian media diterapkan akan berhubungan dengan manusia dan antar manusia, kelompok bahkan masyarakat sebagai pengguna dan khalayak media, struktur-struktur organisasional, dan nilai-nilai sosial yang dikoleksi, muncullah teknologi informasi dan komunikasi.
Teknologi Informasi dan komunikasi adalah bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan suatu media atau alat bantu khususnya dalam hubungan dunia guna mempermudah mengakses informasi dan merangsang pembelajaran. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu hasil usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang telah dimulai pada permulaan kehidupan manusia[13].
Sejarah teknologi informasi dan komunikasi seiring sejalan dengan sejarah manusia, seperti ditemukannya bahasa lisan dan bahasa tulisan dalam bentuk photographs yang ditulis pada dinding gua. Kompetensi insan komunikasi dalam teknologi komunikasi mencakup tiga hal  yaitu Pertama, user (pengguna), dimana insan komunikasi sebagai ilmuwan sosial harus berbasis teknologi komunikasi. Kedua, content of technology, misalnya teknologi komunikasi berbentuk televisi atau media online, maka yang mengisinya adalah insan komunikasi. Dan ketiga, riset dampak sosial   teknologi komunikasi.

c.       Budaya
Ada beberapa pengertian budaya menurut beberapa ahli diantaranya Koentjaraningrat menyatakan bahwa kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari bahasa sansakerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Koentjaraningrat mendefinisikan budaya sebagai daya budi  yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu. Koentjaraningrat membedakan adanya tiga wujud dari kebudayaan yaitu: pertama, wujud  kebudayaan sebagai sebuah kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Kedua, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari  manusia  dalam  suatu  masyarakat. Ketiga, wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.[14]
Menurut Liliweri (2002: 8) kebudayaan merupakan pandangan hidup dari sekelompok orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan, nilai, dan simbol-simbol yang mereka terima tanpa sadar yang semuanya diwariskan melalui proses komunikasi dari satu generasi ke generasi berikutnya.[15] Lebih lanjut, Liliweri (2002: 62) mendefinisikan kebudayaan tersusun oleh kategori-kategori kesamaan gejala umum yang disebut adat istiadat yang mencakup teknologi, pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, estetika, rekreasional dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, kebudayaan mencakup semua yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.[16]
Sementara, Hawkins mengatakan bahwa budaya adalah suatu kompleks yang meliputi pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat-istiadat serta kemampuan  dan kebiasaan lain yang dimiliki manusia sebagai bagian masyarakat[17]. Kebudayaan  adalah seluruh cara kehidupan  dari masyarakat yang mana pun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan[18]. Jadi kebudayaan menunjuk kepada berbagai aspek kehidupan meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu
Kroeber dan Kluckhohn menyatakan bahwa ada enam pemahaman  mengenai budaya, yaitu: pertama, definisi deskriptif yaitu cenderung melihat budaya sebagai totalitas komprehensif  yang menyusun keseluruhan  hidup  sosial sekaligus menunjukkan  sejumlah ranah (bidang kajian) yang membentuk budaya. Kedua, definisi historis dimana cenderung melihat budaya sebagai warisan yang di alih turunkan dari generasi ke generasi berikutnya. Ketiga, definisi normatif dimana bisa mengambil dua bentuk, yaitu budaya adalah aturan atau jalan hidup yang membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang kongkret dan menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku. Keempat, definisi psikologis, yaitu cenderung memberikan tekanan pada peran budaya sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi, belajar atau memenuhi kebutuhan material  maupun emosionalnya. Kelima, definisi stuktural dimana mau menunjukan pada hubungan atau keterkaitan  antara aspek-aspek yang  terpisah dari budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah  abstraksi  yang berbeda dari perilaku konkret. Dan keenam, definisi genetis yaitu definisi budaya yang melihat asal usul  bagaimana budaya itu bisa eksis atau tetap bartahan. Definisi ini cenderung melihat budaya lahir dari interaksi antara manusia dan tetap bisa bertahan karena di transmisikan dari satu generasi ke generasi lain.
Pendapat ahli lainnya, Barnouw menyatakan bahwa budaya adalah sebagai sekumpulan sikap, nilai, keyakinan, dan perilaku yang di miliki bersama oleh sekelompuk orang, yang di komunikasikan dari generasi ke generasi berikutnya lewat bahasa atau    beberapa  sarana komunikasi  lain[19]. Kebudayaan menurut Falsom adalah keseluruhan benda yang diciptakan manusia, seperangkat alat-alat, kebiasaan-kebiasaan hidup yang diciptakan manusia yang kemudian di turunkan dari generasi ke generasi berikutnya[20]. Sementara, menurut Sir Edward B.Tylor bahwa kata kebudayaan menunjukan keseluruhan kompleks dari ide dan segala sesuatu yang dihasilkan manusia dalam pengalaman historisnya. Termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral hukum,  kebiasaan, dan  kemampuan  serta  perilaku  lainya  yang diperoleh  manusia sebagai anggota masyarakat[21]. Bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain, serta kebiasaan yang di dapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat[22].
Definisi lain dikemukakan oleh Linton dalam The Cultural Background of Personality, bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dari hasil tingkah laku, yang unsur-unsur pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu . Sementara itu, Soemardjan dan Soemardi merumuskan, kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.[23]
Dari beberapa definisi diatas dapat dilihat bahwa kebudayaan adalah hasil daya pemikiran manusia baik dalam bentuk abstrak maupun konkret. Daya pikir  manusialah yang diandalkan dalam kebudayaan, dengan kata lain manusialah  yang  menciptakan  kebudayaan tersebut sehingga dua unsur manusia dan budaya tidak dapat di pisahkan. Kebudayaan mempunyai tiga wujud, yakni pertama wujud kebudayaan sebagai  suatu khasanah dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma peraturan dan sebagainya, kedua  wujud  kebudayaan  sebagai suatu khasanah aktivitas perilaku terpola dari manusia dalam mayarakat dan ketiga, wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

3.      Dampak dan Pengaruh Teknologi Informasi Komunikasi terhadap Budaya
Jaman dulu Manusia hanya mengenal teknologi sebagai alat bantunya dalam mencari makan, alat bantu dalam berburu, serta mengolah makanan. Alat bantu yang mereka gunakan sangatlah sederhana, terbuat dari bambu, kayu, batu, dan bahan sederhana lain yang mudah mereka jumpai di alam bebas. Misalnya untuk membuat perapian, ia memanfaatkan bebatuan yang dapat memunculkan percikan api. Hal ini terlihat bahwa pada awalnya teknologi berkembang secara  lambat. Namun sekarang ini era masyarakat digital dalam berbagai bidang kehidupan merupakan bukti dari kemajuan teknologi. Masyarakat dan negara-negara di dunia berlomba-lomba untuk dapat menguasai teknologi tinggi (high tech) sebagai simbol kemajuan, kekuasaan, kekayaan dan prestise.
Secara sosiologis, teknologi merupakan salah satu aspek yang turut mempengaruhi setiap aktivitas, tindakan, serta perilaku manusia. Teknologi informasi dan komunikasi mampu mengubah pola hubungan dan pola interaksi antar manusia. Kehadiran teknologi ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Perkembangan teknologi yang cepat kadangkala membuat manusia tidak sempat untuk beradaptasi dengan kemajuan tersebut dan akibatnya terjadi anomi dalam masyarakat serta cultural lag.
Teknologi informasi dan komunikasi sebagai jawaban atas pemikiran manusia menjadi alat untuk membantu memecahkan persoalan yang ada. Dan diharapkan dapat menjadi fasilitator dan interpreter. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan dan perkembangan teknologi yang terus pada informasi dn komunikasiakan berdampak pada kehidupan sosial yang ada hingga mempengaruhi aspek yang lebih besar lagi yakni kebudayaan.
Beberapa dampak nyata dari keberadaan serta perkembangan teknologi informasi dan komunikasi antara lain: Pertama. Menciptakan kolonialisme. Kesenjangan akan selalu ada di muka bumi dan begitupun kesenjangan arus informasi yang ada. Munculnya teknologi komunikasi menyebabkan arus informasi dari negara maju ke negara berkembang adalah tidak seimbang. Ketidakseimbangan ini menyebabkan  masyarakat  negara  tertentu  lebih banyak mengonsumsi informasi dari negara yang maju. Sehingga memungkinkan munculnya kolonialisasi. Bukan taktik imperialisme dalam penaklukan negara lain melalui akuisisi tanah dan wilayah, melainkan berupa penjajahan melalui arus informasi dan komunikasi.
Kedua, Menciptakan ketergantungan.Dengan segala kemudahan yang diberikan oleh teknologi informasi dan komunikasi, maka masyarakat seolah dimanjakan oleh ketersediaan segala kebutuhanya. Sebagian besar masyarakat pengguna teknologi informasi dan komunikasi saat ini kian enggan untuk menggunakan alat-alat manual dan mulai meninggalkan pola=pola komunikasi interpersonal untuk alasan efektivitas dan efisiensi. Masyarakat semakin sulit melepaskan diri dari serba kecanggihan teknologi dan hal ini akan terus berlangsung dalam waktu lama dan kian membawa masyarakat ketergantungan pada pemanfaatan teknologi. Sesuatu yang berlangsung lama inilah yang menyebabkan perubahan kebudayaan pada suatu masyarakat. Misalnya adalah penggunaan jejaring sosial ataupun situs pertemanan melalui media internet yang sering dijadikan tolak ukur eksistensi seseorang.
Ketiga. Perubahan sistem nilai dan norma. Perubahan tidak dapat luput dari dua sifatnya, konstruktif dan destruktif. Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi serta pemanfaatannya, perubahan sistem dan norma pun tidak dapat dihindari. Perubahan konstruktif terjadi ketika pemanfaatan teknologi digunakan untuk hal baik, bersifat profesional dan berintegritas.
Artinya, penggunaan teknologi telah membawa kehidupan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik dan membangun. Namun itu haruslah didukung dengan tingkat pemahaman dan pendidikan tinggi. Jikalau tidak maka perubahan akan destruktif terjadi ketika pemanfaatan teknologi yang memberikan segala kemudahan telah sampai pada penyalahgunaannya. Misal, akses internet belum cukup membawa sebagian besar masyarakatnya pada kecerdasan intelektual. Malah, yang kerap terjadi adalah penyalahgunaan fasilitas tersebut seperti, pengaksesan situs yang berbau pornografi dan judi online. Dampak desktruktif lainnya adalah pengaruh isu-isu dari media massa dapat dengan mudah menimbulkan kepercayaan dan pemahaman bagi khalayak.
Dari pengaruhnya, teknologi informasi dan komunikasi terhadap pergeseran budaya meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh Positif terlihat dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menghadirkan dunia online berbasis digital, dimana pengaruh positif yang dapat dirasakan adalah peningkatan kecepatan, ketepatan, dan kemudahan yang memberikan efisiensi waktu, tenaga dan biaya.
Sebagai contohnya yang mudah dilihat di sekitar kita adalah pengiriman surat melalui e-mail hanya memerlukan waktu singkat,  ketelitian hasil perhitungan dapat ditingkatkan dengan adanya komputasi numeris, pengelolaan data dalam jumlah besar juga bisa dilakukan dengan mudah yaitu dengan basis data (database), dengan fasilitas internet begitu mudah diakses. Bahkan beberapa pelaku industri memercayakan proses industri seperti produksi, promosi, distribusi, dan transaksi melalui jalur online dewasa ini. Sesuatu yang disebut sebagai e-marketing. selain mudah dalam sistem operasional, kelebihan internet adalah kemampuannya berinteraksi dan menjangkau audiens yang luas, dalam biaya yang tidak besar.
Budaya yang mendukung pada kemajuan terus ditumbuhkan. Ini menuntut pergulatan budaya yang tidak diartikan secara sempit sebagai tradisi semata, namun lebih luas lagi sebagai sikap dan nilai yang membuat setiap masyarakat memiliki kapasitas untuk membuat budayanya lebih baik dan berperan secara global (Jakarta, Kompas.com). Hal ini menghadirkan kompetisi  yang  tajam di  berbagai  aspek  kehidupan  sebagai  konsekuensi globalisasi, yang kemudian akan melahirkan generasi dengan budaya disiplin,  tekun  dan  pekerja keras. Bahkan juga berpengaruh terhadap terbukanya secara lebar porsi wanita yang memegang posisi sebagai pemimpin, baik dalam dunia pemerintahan maupun dunia bisnis.
Selanjutnya teknologi informasi dan komunikasi juga memberi pengaruh Negatif seperti: aspek ekonomi, terbukanya pasar bebas dapat  mengurangi rasa kecintaan masyarakat terhadap produk dalam negeri ketika produk luar negeri masuk dengan mudahnya. Hilangnya rasa cinta terhadap produk sendiri akan mematikan daya kreasi dan inovasi menguatkan budayanya dari gesekan budaya lain. Akhirnya berpengaruh terhadap sikap dan perilaku masyarakat, karena teknologi informasi mempunyai daya tarik tersendiri yang bisa membuat manusia lupa akan dirinya sendiri. Seperti lewat game, jejaring sosial dan pornografi.
Kehadiran komputer pada kebanyakan rumah tangga golongan menengah ke atas telah merubah pola interaksi keluarga. Komputer yang disambungkan dengan telepon telah membuka peluang bagi siapa saja untuk berhubungan dengan dunia luar. Berbagai aplikasi yang ditawarkan oleh media telah semakin banyak orang yang menghabiskan waktunya sendirian dengan komputer.
Kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja semakin meningkat semakin lemahnya kewibawaan tradisi-tradisi yang ada di masyarakat, seperti gotong-royong dan tolong-menolong telah melemahkan kekuatan kekuatan sentripetal yang berperan penting dalam menciptakan kesatuan sosial. Selanjutnya, kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya kemajuan kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan pada upaya pemenuhan berbagai keinginan material, telah menyebabkan sebagian warga masyarakat menjadi kaya dalam materi tetapi miskin dalam rohani.

4.         Penutup
Dari uraian pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa teknologi adalah bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang merupakan suatu media atau alat bantu khususnya dalam mempermudah mengakses informasi dan komunikasi.
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi sendiri telah menimbulkan banyak jenis dampak dan pengaruh terhadap budaya masyarakat, baik berupa dampak positif maupun dampak negatif. Salah satu aspek kehidupan yang paling terpengaruh dengan perkembangan ini adalah aspek kebudayaan masyarakat yang sedikit demi sedikit mengalami pergeseran.
Produk dari teknilogi informasi dan komunikasi adalah media massa dimana saat ini berkembang secara cepat dan konstan, dalam sisi lainnya, hal ini menggugah kita untuk melihat media sebagai pusat orientasi budaya bagi kapitalisme moden Barat. Dengan begitu, maka Imperialisme budaya boleh dilihat sebagai pusat dari media dengan berbagai cara, baik dengan mendominasi media budaya (teks, praktik-praktik), mahupun dengan penyebaran budaya secara global.


Daftar Pustaka
Adib,   Mohammad.  2011. Filsafat   ilmu: onto-logi, epistemologi, aksiologi, dan logika ilmu pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Barnouw. Victor.1985.  Culture and Personality. Ed.4. University of California: Dorsey Press.

Buhal. 2000. Visi Iptek memasuki millennium III. Jakarta: UI Press.

Desty Umayyah A. 2011. Pergeseran Budaya sebagai Dampak Kemajuan Teknologi.Yogyakarta; UGM.

Dwiningrum, S. I. A. 2012. Ilmu sosial & budaya dasar. Yogyakarta: UNY .

Koentjaraningrat. 1975. Manusia dan Budaya di Indonesia. Jakarta; Djambatan.

Liliweri. Alo. 2002. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta; PT. ALKiS Pelangi Aksara.

Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Postmodern, dan Poskolonial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Media Jejaring Sosial: Menjaring Kita hingga Kehilangan Jati Diri, http://edukasi.kompasiana.com.

Ngafifi Muhammad. 2014. Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia dalam Perspektif Sosial Budaya, (P.33-52). Jurnal Pembangunan Pendidikan Pondasi dan Aplikasi. Volume 2. Nomor 1 tahun 2014

Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar, Bandung,   Ghalia Indonesia.

Roger M. Keesing. 1986. Theories of Culture,  Annual Review of anthropology. Diterjemahankan  oleh Amri Marzali. Jakarta: Putaka.

Rosdiana. 2010.. Pengaruh Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Terhadap Budaya Bangsa. http://dyandra17.student.umm.ac.id/ category/ uncategorized/page/4/,[29/09/2016 21:37]

Scholte, JA. 2001. The Globalization of World Politics. Oxford: Oxford University Press.

Soekanto. 2007, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta; Raja Grafindo Persada.


Straubhaar, Joseph and Robert LaRose. 2006. Media Now, Understanding Media, Culture, and Technology (fifth edition).Thomson Learning, Inc. United States of America.


[1] Buhal. Visi Iptek memasuki millennium III. Jakarta: UI Press. 2000
[2] Dwiningrum, S. I. A. Ilmu sosial & budaya dasar. Yogyakarta: UNY .2012, h.171.
[3] Adib,   Mohammad.  Filsafat   ilmu: onto-logi, epistemologi, aksiologi, dan logika ilmu pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2011 , h.254
[4]  Rosdiana Pengaruh Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Terhadap Budaya Bangsa. http://dyandra17.student.umm.ac.id/ category/ uncategorized/page/4/,[29/09/2016 21:37] ,2010
[5] Scholte, JA. The Globalization of World Politics. Oxford: Oxford University Press. 2001
[6]Straubhaar, Joseph and Robert LaRose. Media Now, Understanding Media, Culture, and Technology (fifth edition).Thomson Learning, Inc. United States of America. 2006, h. 526
[7] Martono, 2012, h.276
[8] Ibid, h.277
[9] Dwiningrum,  h.153.
[10] Martono, Nanang. Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Postmodern, dan Poskolonial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012, h.177-278
[11] Dwiningrum,   h.154
[12] Roger M. Keesing Theories of Culture,  Annual Review of anthropology. Diterjemahankan  oleh Amri Marzali. Jakarta: Putaka. 1986 ,h.105
[13] Desty Umayyah A. Pergeseran Budaya sebagai Dampak Kemajuan Teknologi. Yogyakarta; UGM. 2011.
[14] Koentjaraningrat . Manusia dan Budaya di Indonesia. Jakarta; Djambatan. 1975: h. 181
[15] Liliweri. Alo. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta; PT. ALKiS Pelangi Aksara. 2002: h.8
[16] Ibid. h. 62
[17] Dwiningrum,   h.138
[18] Ngafifi Muhammad. Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia dalam Perspektif Sosial Budaya,  Jurnal Pembangunan Pendidikan Pondasi dan Aplikasi. Volume 2. Nomor 1 tahun 2014 h.33-52
[19] Barnouw. Victor. Culture and Personality. Ed.4. University of California: Dorsey Press, 1985
[20] Martono, h.177
[21] ibid, h.179
[22] Ranjabar, Jacobus Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar, Bandung,   Ghalia Indonesia .2006
[23] Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta; Raja Grafindo Persada.2007
LihatTutupKomentar